Thursday, April 16, 2009

SIAPA YANG MEMEGANG KENDALI?

Saat mengenang peristiwa Salib seringkali kita membayangkan sosok Anak Manusia yang tak berdaya melawan kuasa Politik, Militer dan Agama. Pada pengadilan yang jauh dari keadilan, sang Anak Manusia memilih untuk bungkam diperhadapkan pada fitnah dan tuduhan keji dari para tokoh Agama.

Anak Manusia yang telah menjungkirbalikkan pasar bait suci tampak seperti kehilangan kendaliNya. Terdiam lemah, tak lagi bersuara lantang, menantang keangkuhan penguasa dan kemunafikan agamawan sebagaimana biasanya. IA yang menyuarakan keadilan bagi kaum yang lemah, pengharapan bagi yang tak berpengharapan, hanya diam menerima penghinaan dan siksaan dari lawan-lawanNya.

Apakah IA telah kehilangan kendali?

Di Taman Getsemani, saat para prajurit dan utusan imam-imam datang untuk menangkapNya, Yohanes murid yang dikasihiNya mencatat dua insiden dalam kisah ini. [Yoh.18:1-12]

Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: "Siapakah yang kamu cari?" Jawab mereka: "Yesus dari Nazaret." Kata-Nya kepada mereka: "Akulah Dia." Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. Ketika Ia berkata kepada mereka: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. Maka Ia bertanya pula: "Siapakah yang kamu cari?" Kata mereka: "Yesus dari Nazaret." Jawab Yesus: "Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari,biarkanlah mereka ini pergi." Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya: "Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa."

Siapa yang memegang kendali? Para penjaga bait Allah dan tentara bersenjata yang akan menangkap atau sang Anak Manusia yang akan ditangkap?

Insiden kedua yang juga dikisahkan oleh Matius, Markus dan Lukas adalah saat Simon muridNya mencoba membela dengan pedang. IA justru melarang Simon dan menaruh belas kasihan kepada Malkhus dengan memulihkan telinga hamba imam besar yang putus oleh pedang muridNya itu.

Siapa yang memegang kendali? Jikalau IA tidak menyerahkan diri dapatkah pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap dan membelengguNya?

Di Pengadilan Mahkamah Agama, kepada Imam Besar Hanas IA berkata, "Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?" [Yoh.18:23]

Di Pengadilan Pilatus, yang berpikir bahwa ia berkuasa atas jalannya pengadilan, Anak Manusia itu berkata: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas..." [Yoh.19:11]. Pilatus dalam segala kekuasaannya pun nyata tidak berdaya menentukan nasib Sang Kebenaran dan harus memilih untuk mencuci tangannya demi menyelamatkan kekuasaannya.

Di perjalanan ke Golgota, kepada para perempuan yang menangisi dan meratapiNya, IA berkata: "Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!" [Lukas 23:28] Siapa yang sesungguhnya butuh ditangisi dan diratapi, Anak Manusia yang memanggul salib? Ataukah mereka yang menyalibkanNya?

Di atas kayu salib, kepada orang-orang yang memperolok, meludahi, menyesah dan menyalibkanNya, Anak Manusia itu memohon kepada BapaNya, ""Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." [Lukas 23:34] IA yang tergantung di kayu salib tertolak oleh langit dan bumi, memohon pengampunan bagi orang-orang terkutuk yang mengira bahwa diriNya terkena kutuk Ilahi.

Siapa yang memegang kendali? Penguasa Politikkah? Penguasa Militerkah? Penguasa Agamakah? Tidak, kisah Salib sepenuhnya dalam kendaliNya. Sang Anak Manusia yang telah memilih untuk taat menjalankan rancangan Sang Bapa. IA memilih jalan kelemahan - jalan kehinaan - jalan penderitaan - jalan kematian untuk membawa pengharapan bagi yang tak berpengharapan, kedamaian bagi manusia yang jiwanya yang kosong, kehidupan bagi manusia yang hidupnya terpendam dalam kematian.

Dari Getsemani hingga Golgota, Anak Manusia yang tampak tak berdaya tetap memegang kendali. Bagaimanakah sikap kita menanggapi SalibNya?

-Selamat Paskah 2009-