Friday, March 20, 2009

Yesus Bermahkota Emas #3

Entah berapa lama aku menikmati debar-debar aneh di jiwaku. Sesaat aku ingin meluapkan tangisanku, sesaat lagi aku ingin tertawa melampiaskan sukacitaku. Aku tak tahu, perasaanku begitu meluap-luap dengan aneka emosi yang tersimpan selama ini. Aku ingin…. Aku ingin…. Ah… aku tidak ingin apa-apa lagi…!

                Tiba-tiba saja aku tersentak dari kebahagiaan yang paling dalam kurasakan, keriuhan dan kebisingan orang-orang kembali mengganggu ketentramanku. Orang-orang itu tampak bingung, entah apa yang terjadi. Samar kudengar suara mereka berkata, ‘Yesus hilang!’ Segera aku teringat sesuatu dan aku berlari ke Gereja di tepi jalan Raya. Apa yang akan terjadi…?

                Orang-orang, tua-muda, telah ramai di halaman Gereja ketika aku tiba dengan napas terengah-engah. Dan patung itu tidak ada di sana lagi –syukurlah aku tidak bermimpi- tinggal mahkota dan tongkat emas yang ditinggal begitu saja. Tidak seorangpun tahu apa yang terjadi, orang-orang sibuk membuat dugaan-dugaan yang tidak karuan bagiku. Yesus hilang..?! Mungkinkah Yesus hilang?

                Tak lama berselang, tampaklah Pendeta beserta dengan Pejabat dan Pengusaha tiba di Gereja itu. Pejabat itu segera berdiri di depan orang-orang itu dan mulai berkata-kata:

Tenang … Saudara-saudara… tenang!

Begini, tentunya kalian bingung dengan ‘hilangnya’ monumen kebanggaan kita ini. Saudara-saudara tidak perlu bingung, saat ini kami akan menyampaikan berita sukacita bagi kita semua. Kita akan merenovasi monumen ‘Kristus Raja’ dengan membangun patung baru yang lebih megah. Segala biaya dan persiapan pembangunan ulang monumen ini telah siap.  Ketiadaan patung ini merupakan bagian dari renovasi yang telah direncanakan sebelumnya. Kalian bisa melihat sendiri bahwa Mahkota, Jubah dan Tongkat yang indah itu masih utuh bukan?

Jadi saya minta saudara-saudara tidak perlu bingung lagi. Bahkan sebaliknya kita harus bersuka-cita karena dalam waktu dekat ini kita akan memiliki monumen baru yang jauh lebih indah dan lebih megah.       

                Pejabat itu berbicara dengan mantap sekali, hampir-hampir aku menjadi percaya dengan apa yang dikatakannya. Kalau saja aku tidak melihat sendiri kejadian semalam pastilah aku akan termakan dengan kebohongan kata-kata itu. Heran, pastilah ia telah menghabiskan sebagian hidupnya dengan kebohongan, sampai-sampai ia dapat mengungkapkan kebohongan dengan begitu meyakinkan. Atau mungkin ia memiliki bakat untuk menjadi pemain watak yang hebat? Siapa peduli? Yang pasti aku tahu bahwa ia berbohong.

                Setelah Pejabat itu selesai berbicara, Pendeta itu pun mulai berbicara pula:

Nah, Saudara-saudara kita telah mendengar keterangan dari Bapak Pejabat. Jadi tidak perlu ada yang dikuatirkan, sekali lagi saya mohon, jangan mudah terpancing ataupun mau dipancing oleh isu-isu yang tidak bertanggung jawab. Lakukan check dan recheck senantiasa… Sekarang pulanglah dan mulai minggu depan saudara-saudara akan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pendanaan proyek renovasi Monumen Yesus Raja. 

Tuhan memberkati!

                Seperti biasa Pendeta itu berkata-kata dengan tenang. Namun suara dan gaya Pendeta itu tidak cukup untuk menyembunyikan kegelisahan dan kecemasan yang aku tahu tengah ia rasakan. Aku tak tahu mengapa Pendeta itu mengatakan sesuatu yang tidak benar. Mungkin ia terpaksa karena tidak mempunyai pilihan. Pastilah Tuhannya tidak memberitahukan apa yang sesungguhnya terjadi padanya. Ups… kenapa Yesus mengijinkan aku untuk merekam segala kejadian tersebut?

                Orang-orang itu pun bubar, kembali kepada keriuhan yang selalu mereka timbulkan setiap harinya. Pendeta, pejabat dan pengusaha itu pun meninggalkan Gereja seakan-akan tidak terjadi sesuatu. Tinggallah aku sendiri menatap mahkota dan tongkat tanpa patung yang berdiri di atasnya. Mungkin tak lama lagi akan berdiri kembali monumen yang lebih megah, aku tidak tahu. Aku ingin bercerita tentang apa yang telah kulihat, tetapi siapa yang mau mempercayai perkataanku. Sudah cukup aku dikatakan gila, tak ingin aku menambah keanehanku dengan cap lainnya.

                 Anak-Ku, Aku mengasihimu dan mau tinggal besertamu!”

                Kembali perkataan-perkataan Yesus terdengar berulang-ulang di hatiku. Dan kembali ada gairah yang meluap-luap di jiwaku, sedih – gembira berbaur menjadi satu.

                Yesus, aku mau belajar mengasihiMu pula. Aku mau Engkau besertaku selalu!”

 Selamat Paskah!

ash, Maret 99

No comments:

Post a Comment